PENGOBATAN TRADISIONAL/Traditional Medicine

PENGOBATAN TRADISIONAL/Traditional Medicine
Kartu nama Pak Suwandi/ID card of Mr. Suwandi Ts.
BREGODO PRAJURIT KARATON NGAYOGYAKARTO

Mengobati secara tradisional : jantung, ginjal, gula, kanker, tumor, liver, keputihan, TBC, asma, darah tinggi/rendah, kencing manis/batu, lumpuh, epilepsi, kolesterol, dan asam urat. Masalah pribadi/rumah tangga, keturunan/anak.

MINIMAL 3 KALI DATANG

Praktisi pengobatan :
Mas Panewu Brotowarsito (Abdi dalem Keraton)
Suwandi Ts. (Pelatih/ketua)

Rumah : Jl. Sidomukti no 1 Keraton Yogyakarta
CP : +62 818268551
Telp : +62 274 450346

Praktek :
Pagi 07.00 - 09.00
Siang 12.00 - 14.00
Sore 16.00 - 19.00

Istirahat :
09.00 - 12.00
14.00 - 16.00

BERDOALAH KEPADA TUHAN AGAR CEPAT SEMBUH


YOGYAKARTA PALACE WARRIOR

Traditionally treatment: heart, kidneys, diabetes, cancer, tumors, liver, specific diseases of women, tuberculosis, asthma, high blood pressure / low, bladder stones, paralysis, epilepsy, cholesterol, and uric acid. Personal problems / problems at home, want to get offspring.
3 TIMES TO ROUTINE FOR MINIMUM treatment

Medical practitioners:
Mas Panewu Brotowarsito (the belief in Yogyakarta Palace)
Suwandi Ts. (Coach / head)

Home / place of practice: Sidomukti street no 1 Palace of Yogyakarta, Yogyakarta, Indonesia
CP: +62 818268551
Tel: +62 274 450346

Practice:
07.00 - 09.00 am
Noon - 14:00 pm
16:00 to 19:00 pm

Time Out:
09.00 am - Noon
14:00 to 16:00 pm

Pray to God SO Get Well


Oleh-oleh Syawalan-Silaturahmi Yang Terputus (true story)


Ini tulisan asli bikinan Zely-Kemarin, Ahad 4 Oktober 09, saya ikut serta dalam acara syawalan satu keluarga besar trah Puspodipranan di sebuah kawasan di Bantul. Rasanya senang sekali bisa hadir setelah bertahun-tahu, bahkan belasan tahun saya tidak pernah berkumpul dengan keluarga besar saya. Terakhir ikut kumpulan trah waktu saya masih SD (saya lupa kapan). Waktu yang sangat lama itu hanya dibayar dengan pertemuan beberap jam saja.

Lho, terus ngapain cerita seperti ini kepada kita? Mungkin terlintas di pikiran Anda seperti itu. Tetapi ini merupakan hal yang luar biasa bagi saya. Dan sebentar lagi Anda akan tahu sebabnya.

Syawalan/halal bi halal itu konon hanya ada di Indonesia. Ini asli budaya kita. Makanya kekeluargaan, kemasyarakatan, dan gotong royong kita masih kental sampai sekarang.

Ada sedikit penyesalan dalam hati saya, ketika menghadiri acara tersebut. “Kenapa nggak dari dulu ya?” Saya pikir, kalau saya dan keluarga (ortu) tidak ‘meng eklusifkan’ diri barang kali pada acara kumpulan trah itu saya tidak merasa jadi orang asing.

Sebenarnya apa sih yang mau saya bicarakan? Sebenarnya ini mengenai masalah konflik keluarga. Saya, sebagai generasi ketiga trah tersebut, sebenarnya tidak tahu menahu tentang konflik yang membuat orang tua (generasi kedua) saya memilih mengundurkan diri dari keluarga besar. Sejak belasan tahun terakhir otak saya telah penuh dijejali dengan doktrin-doktrin mengenai segalanya yang buruk tentang benyak orang di dalam keluarga besar tersebut. Tetapi saya tidak begitu saja percaya. Anda tahu kan hukumnya memutus tali silaturahmi???? Selama helasan tahun itulah, tali silaturahmi saya dan saudara-saudara ‘terputus’. Saya cukup kecewa dengan keputusan ortu karena saya merasa tidak punya masalah, apalagi dengan sepupu-sepupu, om-om, tante-tante, kakek-kakek, dan nenek-nenek saya. Hubungan kami baik-baik saja kok. Tapi saya tetap mendapat larangan keras untuk tidak ikut dalam kumpulan tersebut. Bahkan sempat mendapat ancama akan diusir dari rumah kalau masih berhubungan dengan mereka? Masya Allah! Namun, saya saat itu mesti nurut. Lha wong masih ikut orang tua. Mau tinggal di mana nanti kalau saya diusir.

Dilema itu terjadi berkepanjangan. Semakin dewasa, saya semakin mencoba mencari tahu sebab musabab bentrokan tersebut. Saya kira saya tahu jawabannya. Ternyata hanya kesalahan paham! Sepele tetapi telah mendarah daging di hati ortu menjadi sebuah dendam kesumat!

Salah satu ortu saya memang tidak mau berdamai selamanya. Astaghfirullah. Tapi saya dari dulu selalu bertekad, “kalau aku dewasa nanti aku ingin menunjukkan padanya bahwa hubungan keluarga ini masih terjalin baik.” Saya tahu, itu tidak semudah mengedipkan mata lho. Dilemanya itu yang bikin pusing tujuh keliling. Saya mesti nurut ortu, tapi di sisi lain saya tidak mau cari musuh.

Tetapi… saya percaya Allah pasti menunjukkan jalan yang baik. Saya pergi ke kumpulan trah itu dengan diam-diam. Alhamdulillah sampai di sana saya mendapat sambutan baik. Kangen-kangenan. Semua berrjalan biasa, tidak ada rasa benci sama sekali. Tanpa ada ortu di sana pastinya. hihihihi…. Keep SILATURAHMI ya, karena hidup ini untuk dipertanggung jawabkan di akhirat nanti.

Quantcast

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS